7 MANFAAT SEDEKAH

No comments:
Gambar terkait
Inilah 7 Manfaat Sedekah yang Amat Luar Biasa untuk Diri kita
Salah besar jika kita berpikir sedekah hanyalah uang sisa dari penghasilan kita yang disumbangkan untuk orang lain. Karena ternyata memberi nafkah anak istri juga terhitung sedekah bagi para suami, bahkan ini merupakan sedekah yang bernilai wajib dan harus diutamakan.
Nah, lebih baik lagi jika bisa bersedekah pada sebanyak-banyaknya pihak. Bahkan bersedekah pada kerabat yang kita benci atau memusuhi kita sekalipun, itu adalah termasuk sedekah yang utama, karena bisa sekaligus menyambung silaturahim!
“Sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad dan Thabrani)
Lalu apa sajakah manfaat bersedekah yang luar biasa untuk hidup kita?
1. Menyembuhkan penyakit
Benarkah sedekah dapat menyembuhkan diri kita dari penyakit?

Rasulullah SAW bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (H.R. Ath-Thabrani)
“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah!” (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’).
Ada sebuah kisah dalam Shahih At Targhib, Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang laki-laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia telah mengobati lututnya dengan berbagai macam obat, ia telah bertanya kepada para dokter, namun tidak menghasilkan apa-apa.
Ibnu al-Mubarak pun berkata kepadanya, “Pergi dan galilah sumur, karena manusia sedang membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air dalam sumur yang engkau gali dan dapat menyembuhkan sakit di lututmu. Laki-laki itu lalu menggali sumur dan ia pun sembuh.”
Cobalah bersedekah dengan niat minta disembuhkan dari penyakit, sesungguhnya Allah Maha Pemberi Kesembuhan.
Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Prof. David M Clelland, ditemukan hasil bahwa dengan melakukan sesuatu yang positif untuk orang lain seperti bersedekah akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ini menyebabkan tubuh lebih kuat menghadapi penyakit. Maka, perbanyaklah bersedekah untuk menyehatkan diri kita!
2. Memberi rasa bahagia
Siapa yang lebih bahagia? Orang yang menerima sedekah, atau justru yang memberi sedekah?
Yap, tentu saja orang yang memberi sedekah akan lebih berbahagia. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian.
Berdasarkan sebuah studi yang diterbitkan di American Journal of Public Health pada 2013, ditemukan bahwa orang yang membantu orang lain dapat lebih terlindungi dari dampak negatif stres.
Selain itu, dalam bukunya, Allan Luks mengatakan bahwa dengan menolong orang lain akan meringankan rasa sakit kita sendiri, mengurangi stres, dan memberi rasa bahagia.
Dengan memberikan bantuan secara sukarela akan meningkatkan produksi hormon endorfin, hal itu baik untuk kesehatan jiwa kita. Penelitian yang dilakukan Allan Luks ini melibatkan 3000 sukarelawan, dan 90%-nya merasakan betul manfaat berbagi dengan orang lain.
3. Memperpanjang usia dan meringankan sakaratul maut
Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah dari seorang Muslim menigkatkan (hartanya) dimasa kehidupannya. Dan juga meringankan kepedihan saat maut (Sakratulmaut), dan melauinya (sedekah) Allah menghilangkan perasaan sombong dan egois. (Fiqh-us-Sunnah vol. 3, hal 97)
4. Mendekatkan pada terkabulnya hajat
“Barang siapa berniat sedekah, kecepatan Allah membalasnya lebih dari kecepatan gerakan sedekahnya.” (Hadist Qudsi)
5. Menolak bencana
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan: “Sesungguhnya sedekah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai macam bencana sekalipun pelakunya orang yang fajir (pendosa), zhalim atau bahkan orang kafir, karena Allah SWT akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan perantara sedekah tersebut…”
Hadits lainnya, "Bersegeralah bersedekah! Sebab, musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah.”
6. Menambah rezeki
Rasulullah SAW pernah bersabda “Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah.” (HR. Al-Baihaqi)
Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (H.R. Muslim)
Dalam hadits lain yang dinarasikan oleh Abu Hurairah r.a., Nabi SAW pernah bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana ada dua malaikat yang turun, sala satunya berkata: “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq.” Sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata: “Ya Allah berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan (hartanya).” (H.R. Bukhari – Muslim)
7. Mendapat naungan di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)
Dari Uqbah bin Amir ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Setiap individu berada dalam naungan sedekahnya sampai dia diadili di antara manusia."
Nabi pernah menyebutkan bahwa tujuh hal yang akan menjadi payung yang menaungi pada hari kiamat antara lain seseorang yang bersedekah secara rahasia sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya. (HR. Bukhari Muslim)
“Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panas kubur bagi pelakunya. Sungguh pada hari kiamat, seorang mukmin akan berlindung di bawah naungan sedekahnya.” (Silsilah As-Shahihah, 3484)
Demikian banyak manfaat sedekah untuk hidup kita, semoga kita dipermudah untuk mengeluarkan sedekah.

CATATAN PENTING DI BALIK KISAH ISRA MI’RAJ

No comments:
http://buyayahya.org/wp-content/uploads/2016/04/NEW-MUTIARA5.jpgSegala puji bagi Alloh yang Maha Kuasa. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan sahabatnya.
Di bulan Rajab banyak sekali kegiatan kaum muslimin yang sudah mengakar dari masa kemasa seperti merayakan Isro’ Mi’roj atau berpuasa di bulan Rajab.
Isro’ Mi’roj adalah kejadian yang luar biasa atau mu’jizat yang diberikan oleh Alloh kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terdapat hikmah-hikmah serta ilmu yang amat luar biasa bagi orang yang merenunginya. Kejadian Isro’ disebutkan oleh Alloh dalam Al-Qur’an surat Al-Isro ayat 1. Adapun kejadian Mi’roj disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shohih di antaranya riwayat yang disebutkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam hadits panjang yang menceritakan tentang perjalanan Nabi SAW saat isro mi’roj.
Ada beberapa hal yang harus dicermati di dalam pelajaran Isro’ Mi’roj.
Pertama; Nabi Muhammad di perjalankan oleh Alloh dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso hingga ke atas langit ke tujuh adalah dengan badan dan ruhnya. Dan badan Nabi SAW masih tetap dalam bentuk aslinya dan tidak berubah menjadi cahaya seperti yang diceritakan oleh sebagian penulis-penulis yang kurang berakal. Sebab yang namanya Mu’jizat adalah kejadian yang luar biasa dan jika Nabi SAW berubah menjadi cahaya maka kejadian itu menjadi tidak luar biasa lagi. Maka di dalam memahami istilah ilmiah seperti ini hendaknya dikembalikan oleh Ulama terdahulu dan jangan menghayal dengan berdalih disesuaikan dengan kajian-kajian ilmiah.
Yang harus dipahami bahwa penemuan ilmiah tidak akan bertentangan dengan syari’at, kalau ada pertentangan antara kajian ilmiah dengan syariat tentu karena salahnya kajian ilmiah atau salahnya seseorang dalam memahami syari’ah. Dan perjalanan Isro’ Mi’roj Nabi tidak bertentangan dengan penemuan ilmiah karena perjalanan Nabi SAW adalah tidak bisa patuh dan tunduk kepada riset dan kajian ilmiah. Akan tetapi kejadian Isro’ Mi’roj adalah terjadi karena kuasa Alloh SWT yang menciptakan waktu dan tempat.
Kedua, perayaan Isro’ Mi’roj maknanya adalah mengagungkan dan menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW, karena perayaan Isro’ Mi’roj akan selalu mengangkat tema kisah Isro’ Mi’roj Nabi, dengan pembahasan panjang lebar dan ditekankan pada pemahaman akan kewajiban sholat, makna-makna sesuatu yang diperlihatkan oleh Alloh kepada Nabi SAW. Dan hal semacam ini tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi SAW. Justru hal-hal semacam inilah yang diperintahkan oleh Rasululloh SAW. Maka sungguh aneh jika tiba-tiba ada orang yang mengatakan perayaan Isro’ Mi’roj adalah bid’ah. Bagaimana mengagungkan kejadian agung, membacakan riwayat dari Nabi SAW serta menjelaskannya agar umat semakin paham tentang Isro’ Mi’roj, hikmah Isro’ Mi’roj, ilmu Isro’ Mi’roj, pesan kesan dibalik Isro’ Mi’roj dan lain sebagainya akan dikatakan sebagai bid’ah? Dan sungguh alangkah indahnya di sebuah acara Isro’ Mi’roj tiba-tiba ada seorang anak kecil menyenandungkan syair untuk Nabi SAW kemudian diikuti dengan santunan untuk anak yatim, kemudian setelah itu berdirilah beberapa Ustadz menjelaskan dengan detail tentang sholat tentang apa yang dilihat oleh Nabi SAW dalam isro mi’roj .
Dan memang ada sebagian perayaan Isro’ Mi’roj yang dibarengi dengan pelanggaran syari’at, seperti berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang saling berdesakan atau mungkin adanya tontonan yang membuka aurat. Akan tetapi orang yang berfikir dan berilmu akan tahu bahwasanya Isro’ Mi’roj bukan seperti itu. Itu adalah pelanggaran-pelanggaran dalam Isro’ Mi’roj yang harus dipangkas. Bukan Isro’ Mi’roj nya yang harus dihentikan.
Adapun hari dan tanggal terjadinya Isro dan Mi’roj memang Ulama berbeda pendapat dalam hal ini .Ada yang mengatakan tanggal 27 Rojab ada yang mengatakan selain tanggal tersebut.
Masalah hari dan tanggal tidak penting, yang jelas dan pasti bahwa Rasululloh SAW telah benar-benar isro’ mi’roj dan kita tidak merayakan hari dan tanggal akan tetapi kita merayakan kejadian dan pesan yang ada di dalam kisah isro’ mi’roj .
Ketiga; di saat Nabi Muhammad SAW dimi’rojkan oleh Alloh SWT (diangkat keatas langit ketujuh). Disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berbicara langsung dengan Alloh SWT. Yang harus dipahami bahwa menurut jumhur ulama bahwa Nabi Muhammad SAW di saat itu tidak melihat Alloh dengan mata kepala beliau, akan tetapi beliau melihat Alloh SWT dengan mata hatinya. Dan memang benar Alloh berbicara dengan Nabi Muhammad adalah dengan hakikat berbicara yang hanya Alloh dan Rasululloh-lah yang tahu caranya. Akan tetapi yang harus kita ketahui bahwa di saat Nabi Muhammad berbicara dengan Alloh bukan berarti Nabi harus melihat dengan mata kepala beliau, ini yang harus kita yakini. Memang ada sebagian para ulama yang mengatakan Nabi Muhammad melihat dengan mata kepala beliau seperti pendapat yang di nukil dari Imam an-Nawawi, Imam Qodi’iyadh dan Imam al-Farro’. Akan tetapi para pakar aqidah Ahlisunnah waljamaah menjelaskan bahwasanya pendapat itu adalah pendapat lemah.
Keempat; Nabi Muhammad SAW berbicara dengan Alloh SWT di atas Mustawa. Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang setelah membaca kisah Isro’ Mi’roj dan kisah Nabi SAW berbicara dengan Alloh SWT di atas Sidratul Muntaha dan di atas Mustawa lalu berangan-angan bahwa Alloh ada di atas langit sana. Maka yang harus dijelaskan bahwa atas Mustawa bukanlah tempatnya Alloh, akan tetapi tempatnya Nabi SAW. Alloh tidak butuh kepada tempat. Maka jangan dikatakan Alloh di atas, sebab atas dan bawah adalah ciptaan Alloh SWT.
Disebutkan juga di dalam Al-Qur’an, Alloh mengajak bicara Nabi Musa As , di saat Nabi Musa berada di atas bukit Tursina, maka yang harus dipahami adalah bahwa bukit Tursina adalah tempatnya Nabi Musa, bukan tempatnya Alloh. Lalu “Alloh dimana?” Jawabnya adalah karena Alloh tidak butuh tempat, maka jangan bertanya dengan pertanyaan “Alloh dimana?”. Karena Alloh tidak butuh mana-mana, Alloh tidak serupa dengan makhluknya .
Kepercayaan bahwa Alloh di atas langit adalah kesesatan dalam beraqidah. Hal-hal semacam itu harus diluruskan, bahkan ada di beberapa sekolahan yang siswa-siswi mereka, ditanya oleh gurunya dengan pertanyaan “Alloh dimana ?” Itu adalah pertanyaan fitnah yang tidak membangun aqidah. Dan itu karena mana-mana adalah ciptaan Alloh , dan Alloh tidak butuh kepada ciptaanNya.
Ada diriwayatkan dari Imam Muslim tentang pertanyaan Rasulullah kepada seorang budak, dengan pertanyaan “Alloh dimana?” dan hal itu sudah dijelaskan oleh para Ulama panjang lebar dengan mendatangkan kisah budak tersebut dari riwa yat para Imam Ahli Hadits yang lainnya, hingga tidak menyisakan keraguan apapun bahwa Alloh tetap tidak butuh tempat.
Kelima; Rosululloh SAW yang dalam keadaan hidup bertemu dengan para Nabi dan Rasul yang telah meninggal dunia dan berdialog. Itu adalah mukjizat dan yang di fahami para Ulama bahwa orang yang hidup saat ini bisa saja bertemu dengan Nabi Muhammad SAW sebagai karomah yang diberikan oleh Alloh kepada orang tersebut. Dan inilah pengalaman para kekasih Alloh yang sangat banyak jumlahnya bertemu dengan Nabi SAW setelah Nabi Muhammad wafat.
Akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan bahwa berdusta atas nama Rasululloh adalah dosa besar dan ancamanya adalah neraka jahanam. Orang yang mengaku bertemu Rasululloh atau bermimpi bertemu Rasululloh dengan dusta tempatnya adalah neraka jahannam.
Penjelasan tentang kemungkinan seorang sholih bertemu Rasululloh SAW jangan membuka celah pendusta dan dajjal kecil untuk mengaku bertemu Rosululloh SAW karena gila pangkat penghormatan, maqom kemulyaan didunia dan ingin dianggap sebagai waliyulloh. Itulah wali syetan yang pendusta.
Semoga Alloh mempertemukan kita dengan Rasulullah SAW di lahir dan batin kita di dunia, di alam barzah, di padang makhsyar dan di surga Alloh SWT.
Wallohu A’lam bishshowab.


Oleh : Buya Yahya
Pengasuh LPD Al-Bahjah
(www.buyayahya.org – www.buyayahya.net – www.albahjah.tv)

WAS PADALAH TERHADAP BAHAYA RIBA DAN RENTENIR

No comments:

Begitu maraknya saat ini terjadi praktek-praktek riba/renten, yang begitu besar akibatnya terhadap ketenangan dan ketentraman masyarakat. Betapa tidak, sudah banyak korban-korban praktek rentenir berjatuhan, yang berakibat hancurnya ekonomi rumah-tangga, tercerai-berainya kehidupan berumah-tangga, karena dikejar-kejar oleh bunga renten yang mencekik leher mereka. Waspadalah terhadap paraktek-praktek rentenir, yang jelas dan tegas dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah Saw. Sebagaimana Allah Swt. berfirman;
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

Al-Abbas dan Khalid bin al-Walid adalah dua orang yang berkongsi di zaman jahiliyah, dengan memberikan pinjaman secara riba kepada orang suku Tsaqif. Setelah islam datang, kedua orang ini masih mempunyai sisa riba dalam jumlah besar. Begitulah lalu turun Al-Baqarah: ayat 278 , kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
"Ketahuilah! Sesungguhnya tiap-tiap riba dari riba jahiliyah harus sudah dihentikan, dan pertama kali riba yang kuhentikan ialah riba al-Abbas dan setiap (penuntutan) darah dari darah jahiliyah harus dihentikan, dan pertama-tama darah yang kuhentikan ialah darah Rabi'ah bin Harits bin 'Abdul Muththalib".

Pengertian Riba
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu :
  1. Bertambah, kerena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan.
  2. Berkembang, kerena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.
  3. Berlebihan atau Menggelembung, kata-kata ini berasal dari firman Allah surah Al-Hajj: 5
Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba :
  1. Syaikh Muhammad Abduh, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan riba ialah penambahan-penambahanyang diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), kerena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang ditentukan
  2. Ibnu Katsir, riba adalah menolong atau membantu, namun mencari keuntungan di balik pertolongan tersebut bahkan mencekik dan menghisap darah.
Tafsir Surah Al-Baqarah 275-279

Persoalan riba telah dibicarakan Al-Qur'an sebelum surah Al-Baqarah 275-279. Kata riba ditemukan dalam empat surah, yaitu Al-Imran, An-Nisa', Ar-Rum dan Al-Baqarah. Ayat terakhir tentang riba adalah ayat-ayat yang terdapat dalam surah Al-Baqarah. Bahkan ayat ini dinilai sebagai ayat hukum terakhir atau ayat terakhir yang diterima oleh Rasul Saw. Umar bin Khaththab berkata, bahwa Rasulullah Saw wafat sebelum sempat menafsirkan maknanya, yakni secara tuntas.

Ash-Shabuni menafsirkan ayat ini, sebagai berikut ;
  1. Maksud "makan" pada ayat di atas, ialah mengambil dan membelanjakannya. Kata ”makan" ini sering pula dipakai dengan arti mempergunakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar.
  2. Dipersamakannya pemakan-pemakan riba dengan orang-orang yang kesurupan adalah suatu ungkapan yang halus sekali, yaitu; Allah memasukan riba dalam perut mereka itu, lalu barang itu memberatkan mereka. Hingga mereka itu sempoyongan, bangun jatuh. Itu akan menjadi tanda mereka di hari akhirat nanti Sebenarnya tidak tertutup kemungkinan memahaminya sekarang dalam kehidupan dunia. Mereka yang melakukan praktek riba, hidup dalam situasi gelisah, tidak tentram, selalu bingun dan berada dalam ketidakpastian, disebabkan kerena pikiran mereka yang tertuju kepada materi dan penambahannya. Banyak orang, lebih-lebih yang melakukan praktek riba, menjadikan hidupnya hanya untuk mengumpulkan materi, dan saat itu mereka hidup tak mengenal arah. Benar, orang-orang yang memakan riba telah disentuh setan sehingga bingung tak tahu arah.
  3. Perkataan " sesungguhnya jual beli sama dengan riba" itu disebut "tasybih maqlub" (persamaan terbalik), sebab "musayabbah bih"-nya nilainya lebih tinggi. Sedangkan yang dimaksud disini ialah: Riba itu sama dengan jual beli, sama-sama halalnya karena mereka berlebihan dalam keyakinannya, bahwa riba itu dijadikannya sebagai pokok dan hukumnya halal. Sehingga dipersamakan dengannya dengan jual beli. Ucapan ”jual beli tidak lain kecuali sama dengan "riba" ucapan tersebut (Pelaku riba) menunjukkan bagaimana kerancuan berpikir dan ucapan mereka. Mestinya mereka berkata "Riba, tidak lain kecuali sama dengan jual beli" karena masalah yang dibicarakan masalah riba, sehingga itu yang harus didahulukan penyebutannya, tetapi mereka membalikannya. Ini contoh sederhana dari pembalikan logika mereka serta keterombang-ambingan yang mereka alami. Bisa jadi juga, ucapan itu untuk menggambarkan, bertapa riba telah mendarah daging dalam jiwa mereka sehingga menjadikannya sebagai dasar transaksi ekonomi yang diterima sebagaimana halnya jual beli. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli, jual beli saling menguntungkan kedua belah pihak, sedangkan riba merugikan salah satu pihak.
  4. Yang menjadi titik tinjauan dalam ayat " Allah memusnahkan riba dan menumbuhkan sedekah" ialah Allah menjelaskan, bahwa riba menyebabkan kurangnya harta dan penyebab tidak berkembangnya harta itu. Sedangkan sedekah adalah penyebab tumbuhnya harta dan bukan penyebab berkurangnya harta itu.
  5. Kata "perang" dengan bentuk nakirah adalah menunjukan besarnya persoalan ini, lebih-lebih dengan dinisbatkannya kepada Allah dan Rasul. Seolah-olah Allah mengatakan: percayalah akan ada suatu peperangan dahsyat dari Allah dan Rasul-Nya yang tidak dapat dikalahkan. Ini memberi isyarat, bahwa akibat yang paling buruk akan dialami oleh orang-orang yang biasa makan harta riba. Ibnu Abbas berkata : "Kelak di hari qiyamat akan dikatakan kepada pemakan riba-angkatlah senjatamu untuk berperang, kemudian ibnu Abbas membaca ayat 275".
  6. Perkataan "Kaffar" dan "Atsiem" kedua-duanya termasuk shighat mubalaghah, yang artinya: banyak kekufuran dan banyak berbuat dosa. Ini menunjukkan, bahwa haramnya riba itu sangat keras sekali, dan termasuk perbuatan orang-orang kafir, bukan perbuatan orang-orang islam.
  7. Perkataan "Dan jika orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah kesempatan sampai ia berkelonggaran" itu untuk memberi semangat kepada pihak yang menghutangi supaya benar-benar memberi kepada pihak yang berhutang itu sampai ia benar-benar mampu. Rasul Saw bersabda : "Barang siapa menangguhkan pembayaran hutang orang yang berada dalam kesulitan, atau membebaskannya dari hutangnya, maka dia akan dilindungi Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya (hari kiamat) (HR. Imam Muslim).
  8. Sebagian ulama berkata, barangsiapa yang merenungkan ayat-ayat di atas dengan segala kandungannya, seperti tentang siksaan pemakan riba, orang yang menghalalkan riba serta besarnya dosanya, maka dia pun akan tahu betapa keadaan mereka-mereka itu kelak di akhirat, mereka akan dikumpulkan dalam keadaan gila, kekal di neraka, dipersamakan dengan orang yang kafir dan akan mendapat perlawanan dari Allah dan Rasul serta kekal dalam la'nat.
  9. Ayat-ayat riba ini ditutup dengan " dan takutlah kepada suatu hari dimana kamu sekalian akan dikembalikan kepada Allah di hari itu, kemudian tiap-tiap jiwa akan dibalas dengan penuh sesuai apa yang dikerjakan dan mereka tidak akan dianiya." Dan ayat ini adalah ayat yang terakhir turun setelah sembilan hari kemudian rasul saw wafat.
Tahap diharamkannya Riba
1. Qs. Ar-Rum: 39
2. Qs. An-Nisa': 159
3. Qs. Ali Imran: 130
4. Qs. Al-Baqarah: 278

MACAM-MACAM RIBA

Menurut sebagian ulama riba dibagi menjadi tiga yaitu Riba Nasi'ah, Riba Fadhal dan riba Yad. Riba Nasi'ah ialah riba yang sudah ma'ruf di kalangan jahiliyah, yaitu seseorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada seseorang dengan batas tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan limit waktu yang diberikan itu. Misalnya, seorang yang berhutang seribu rupiah yang mesti dibayar dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu, maka bertambah besar jumlah utangnya. Riba dalam jenis transaksi ini sangat jelas dan tidak perlu diterangkan sebab semua unsur dasar riba telah terpenuhi seperti tambahan dari modal dan tempo yang memyebabkan tambahan. Dan menjadikan keuntungan sebagai syarat yang terkandung dalam akad yaitu sebagai harta melahirkan harta kerena adanya tempo dan tidak lain ada lagi yang lain.
Sufyan telah meriwayatkan dari Humaid dari Maisarah dia berkata, "Aku bertanya kepada Ibn Umar, bahwa aku berhutang dengan bertempo, kemudian orang tempat aku berhutang itu berkata "Lunaskanlah hutangmu sekarang ini juga dan kupotong hutangmu itu.'' Ibnu Umar berkata , itu Riba.
Riba Fadhal, sebagaimana yang tersebut dalam hadis Ubbadah bin Shamit, dia berkata ;
Bahwasannya aku telah mendengar Rasulullah Saw melarang menjual emas dengan emas, perak dengan perak, tamar dengan tamar, gandum dengan gandum, Sya'ir dengan sya'ir, garam dengan garam, kecuali satu rupa dengan satu rupa, dibayar tunai. Maka barangsiapa yang menambah tahu meminta tambah, sesungguhnya dia telah melakukan riba.''(HR. Muslim)
Riba Fadhal adalah tambahan pada salah satu dua ganti kepada yang lain ketika terjadi tukar menukar sesuatu yang sama secara tunai. Islam telah mengharamkan riba ini dikarenakan dapat mengantarkan kepada riba yang hakiki yaitu riba Nasi'ah. Dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata ; Bilal datang menemui Nabi Saw membawa kurma burni (kurma yang bagus) lalu Nabi Saw bertanya kepadanya; Darimana kamu mendapatkan ini? Bilal menjawab; kami mempunyai kurma yang buruk lalu saya jual (tukar) dua Sha' dengan satu Sha' kurma yang baik. Nabi berkata kepadanya; '' aduh bukankah ini yang dikatakan riba dan yang dikatakan riba jangan kamu lakukan, namun jika kamu ingin membeli, maka jual kurma yang buruk dan beli kurma yang baik. (Syaikhnani, Muslim).
Menurut Sulaiman Rasyid, Riba Yad adalah dua orang yang bertukar barang atau jual beli berpisah sebelum timbang terima.. Sedangkan menurut Ibn Qayyim, perpisahan dua orang yang melakukan jual beli sebelum serah terima mengakibatkan perbuatan tersebut menjadi riba.

DAMPAK RIBA
  1. Bahaya buat masyarakat dan agama.
  2. Para Ahli ekonomi berpendapat bahwa penyebab utama krisis ekonomi adalah bunga yang dibayar sebagai penjiman modal atau dengan singkat bisa disebut riba.
  3. Riba dapat menimbulkan over produksi. Riba membuat daya beli sebagian besar masyarakat lemah sehingga persedian jasa dan barang semakin tertimbun, akibatnya perusahaan macet karena produksinya tidak laku, perusahaan mengurangi tenaga kerja untuk menghindari kerugian yang lebih besar, dan mengakibatkan adanya sekian jumlah pengangguran.
  4. Seringan-ringan dosa riba yaitu seperti halnya kita berjima' dengan ibu kita sendiri (Ibn Majah dan al-Hakim).
  5. Mendapat laknat dan kelak di yaumil qiyamah mereka pelaku riba, Allah dan Rasul-Nya akan memerangi mereka, dibangkitkan dalam keadaan gila dan mereka kekal di dalam neraka.
KESIMPULAN
  1. Riba merupakan dosa yang sangat besar.
  2. Riba banyak ataupun sedikit hukumnya sama.
  3. Seorang mukmin wajib berdiri di atas batas-batas hukum syara' yaitu menjahui semua yang diharamkan Allah.
  4. Senjata yang paling ampuh yang dapat melindungi diri seorang muslim dari menyalahi hukum Allah itu ialah bertakwa kepada Allah.

Ringkasan Faidah Dari Penjelasan Kitab Al Adabul Mufrod

No comments:
PENGANTAR

Kitab Al Adabul Mufrod ini ditulis oleh imam Bukhari (wafat 256 H) dengan maksud untuk menjelaskan adab islami secara lebih terperinci. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya atsar yang disebutkan dalam kitab ini.
Para Ulama islam sangat menaruh perhatian dalam masalah adab. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya karangan mereka dalam masalah adab mulai ringkasan, kumpulan hadits dan lainnya. Mereka juga menulis tentang adab safar, adab makan, adab menuntut ilmu dan lainnya yang itu semua menunjukkan pentingnya masalah adab ini.
Adab adalah penggunaan perkataan dan perbuatan yang baik.
Macam adab antara lain
adab terhadap Allah : malu, muroqobah, taat, menjauhi maksiat, dst
adab terhadap rasulNya : mengenal , bersuri tauladan, mencintai beliau shallallahu alaihi wa sallam
adab terhadap hamba Allah : bergaul yang baik sesuai kedudukannya
adab syar’i keseharian : semisal adab menuntut ilmu,



Nasehat untuk kita semua dalam belajar kitab al adabul mufrod ini
1. perbaiki niat dalam belajar kita  membawa keberkahan dan buah manis dari belajar
2. meniatkan untuk mempelajari dan mengamalkannya
3. menyampaikan kepada sesama
4. mujahadah nafs/ menempa jiwa untuk perbaikan
5. berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk mengamalkan adab ini



BAB “DAN TELAH KAMI WASIATKAN KEPADA MANUSIA BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANGTUANYA”

Hadits pertama
Dari Abu Amr Asy Syaibani dia berkata, telah menyampaikan kepada kami pemilik rumah ini – dia berisyarat dengan tangannya ke rumah Abdullah- katanya : “aku bertanya kepada nabi saw : apakah amal yang paling dicintai Allah? kata beliau saw : SHALAT PADA WAKTUNYA.
Lalu aku bertanya lagi : lalu apa? kata beliau saw : BERBAKTI PADA KEDUA ORANGTUA.
Lalu aku bertanya lagi : lalu apa? kata beliau saw : JIHAD DI JALAN ALLAH.”
Ibnu Mas’ud berkata : beliau menyampaikan hal tersebut kepadaku.
Kalau seandainya aku meminta tambahan niscaya beliau akan menambahkannya.
Penjelasan
Imam bukhari memulai dengan bab ini sebagai isyarat dan peringatan bahwa orangtua adalah manusia yang paling berhak untuk mendapat perlakuan /adab yang baik. Termasuk kesalahan adalah seseorang bisa berbuat baik ke temannya tetapi malah tidak ke orangtuanya.
Hadits diatas menunjukkan bahwa birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua) adalah amal yang paling Allah cintai setelah sholat pada waktunya.
Pelajaran Hadits
1. semangat sahabat dalam mengetahui prioritas amal
2. cabang iman bertingkat tingkat
3. keutamaan birrul walidain diatas jihad fi sabilillah
4. isyarat wajibnya izin kepada ortu sebelum berangkat jihad
5. adab terhadap pengajar
Atsar kedua
Dari Abdullah bin Umar katanya : “Ridho Allah pada ridho bapak, dan kemurkaan Allah pada kemurkaan bapak”
Pelajaran hadits
1. barangsiapa membuat ridho kedua orangtua maka Allah akan ridho kepadanya
2. keridhoan bapak dalam hal ini maksudnya dalam BUKAN kemaksiatan
3. jika membuat ridho bapak demikian halnya maka terlebih lagi terhadap ibu

BAB BERBAKTI KEPADA IBU

hadits ke-3
Dari Bahz bin hakim, dari bapaknya, dari kakeknya : aku (kakeknya) berkata : “wahai rasulullah, kepada siapa aku berbakti? jawab beliau saw : IBUMU.
Lalu aku berkata : kepada siapa aku berbakti? jawab beliau saw : IBUMU.
Lalu aku berkata : kepada siapa aku berbakti? jawab beliau saw : IBUMU
Lalu aku berkata : kepada siapa aku berbakti? jawab beliau saw : BAPAKMU, lalu orang yang terdekat kemudian yang terdekat lagi”
Pelajaran hadits
1. menjelaskan hak khusus bagi ibu yaitu 3 kali berbuat baik ketimbang ke bapak. Hikmahnya karena ibu lebih berjasa (hamil, melahirkan, menyusui)
2. semangat sahabat mengetahui prioritas amal
3. pentingnya mengetahui kerabat
(bersambung insya Allah)
 
1